Kamis, 20 Oktober 2016

FENOMENA GUBERNUR DKI AHOK



Gubernur DKI Ahok

Pengunggah video Ahok terkait dugaan pelecehan surah Alquran Al-Maidah ayat 51, Buni Yani mengatakan, dirinya tidak akan sembarangan mengupload video tersebut. Dia pun mengerti konsekuensi konten video yang diunggahnya.

"Saya kan dosen, peneliti media, dulu saya wartawan, saya mengerti sebenarnya yang saya lakukan dengan konten video yang saya upload itu," ujar Yani. Demikianlah pengakuan Buni yani yang saya kutip dari Republika.
Namun Yani tidak menyadari upload video tersebut membuat keresahan diantara umat khususnya umat muslim, dan kesempatan itupun dimamfaatkan orang-orang yang bersebrangan politik dengan Pak Ahok sebagai gubernur petahana yang kebetulan memang kondisinya menjelang pemilihan Gubernur.
Namun apa yang mau hendak dikata, nasi sudah jadi bubur yang tidak mungkin lagi diubah jadi nasi akan tetapi bubur itu bisa diolah menjadi makanan yang baik jika tau mengolahnya. Demikian juga masalah upload video tersebut sudah terjadi dan menjadi fenomena yang membuat masayarakat resah dan tidak mungkin lagi untuk dihilangkan saja, akan tetapi menurut saya biasa dijadikan pelajaran berharga bagi banyak orang dan kita bisa mengambil hikmahnya.  

Ada dua sudut pandang :
  
 Sudut pandang yang bersebrangan dengan Pak Ahok
Saya dapat memahami keresahan yang anda rasakan, dan mungkin keresahan itu sudah ditemani rasa ketidak sukaan terhadap Pak Ahok sehingga berbagai ormas mengadakan protes keras dan demontrasi yang menuntut kasus itu dibawa ke pengadilan. Akan tetapi apa yang terjadi apabila kasus tersebut sampai keranah hukum? Apakah kita sudah siap menangung resikonya,  jika kasus tersebut keranah hukum? 

Prediksi saya jika kasus dibawa ke pengdilan:
Akan terjadi permasalahan baru, perdebatan yang tidak diharapkan terjadi karena kedua belah pihak yang berperkara akan membawa Ahli, Saksi dan penasehat hukum yang berbeda penafsiran atas Al. Maidah tersebut. Mereka akan saling serang dan akan terjadi fitnah memfitnah diantara mereka yang mungkin satu agama ataupun sesama Ulama yang berbeda penafsiran. Jangankan dalam pengadilan sedangkan dalam acara ILC pun sudah saling menyerang antara ulama yang satu dengan ulama yang lain, sampai ustadz Mansyur membuat video menagis dan akhirnya KPI pun melarang TV one untuk menyiarkan ulang acara tersebut.

Solusi :
Bisa dipahami kemarahan dari kubu yang bersebrangan akan tetapi untuk hal sesuatu yang lebih besar berkorban tidak ada salahnya, kita korbankan perasaan untuk menyelesaikannya dengan damai, komunikasi yang baik dan toh juga Pak Ahok sudah minta maaf, orang yang mau memberikan maaf tanpa syarat akan memuliakan Tuhan. 

 Sudut pandang yang pro Ahok
Memahami orang yang berbeda pendapat dengan pandangan kita adalah hal yang mulia bagi Tuhan, Membela Pak Ahok dilakukan karena memiliki penafsiran atau memahami hal tersebut dari sudut pandang yang berbeda dengan orang lain, akan tetapi melakukan pembelaan itupun jangan menambah suasana menjadi lebih kacau, dan memberikan pandangan ke Pak Ahok agar penyataannya tidak memperuncing masalah.

Akhirnya saya berpendapat marilah kita hadapi permasalahan dengan tidak menambah permasalahan baru, karena mungkin permasalahan tersebut akan menambah kedewasaan kita dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Perbedaan tidak akan pernah hilang dari dunia ini, akan tetapi perbedaan itu tidak akan membuat kita saling membenci apabila kita mengetahui tujuan Allah menempatkan kita di dunia ini.
Salam Perdamaian INDONESIAKU!

KETIKA AGAMA SUDAH MERASA TERNISTAKAN

Dalam kehidupan di dunia ini tidak terlepas dari berbagai masalah, dimana masalah itu beragam dan mungkin setiap manusia berbeda-beda masala...