Senin, 12 November 2012

Cemburu, Bunuh Mantan Pacar

PALEMBANG - Tragis dialami Frisca Manurung (28), warga Pematang Siantar, calon pendeta yang bertugas di Gereja GPDI Hosana. Ia tewas dengan lima tusukan sangkur, dua di dada, satu di perut, pinggang, dan punggungnya. Kejadian di Kompleks Perumahan Gereja GPDI Hosana Jl Musi Raya, RT 51, RW 09, Kelurahan Lebung Gajah, Sematang Borang, kemarin (8/11), sekitar pukul 07.30 WIB.
Pelaku pembunuhan terhadap wanita kelahiran 4 Juli 1984 itu Jesayas Hutapea (27), yang juga calon pendeta di gereja yang sama sekaligus mantan pacar korban. Pembunuhan yang dilakukan warga Desa Suka Maju, Kecamatan Lawe Sigala-Gala, Aceh Tenggara itu diduga bermotif cemburu.
Awalnya, korban bersama pelaku dan dua calon pendeta lainnya, Melinda (26) dan Risky Imanuel Silitonga (25) doa bersama di gereja mulai pukul 05.00-06.00 WIB. Usai berdoa, pelaku sempat menyapu halaman gereja.
Setelah itu, ia masuk ke kamar pendeta laki-laki. Pelaku terkejut melihat foto bersama mantan kekasihnya itu (korban, red) yang baru putus sebulan lalu bersama Riski. Foto berduaan itu terpajang di dinding kamar. Hal ini membuat emosi pelaku memuncak, apalagi memang selama ini ia sudah menyimpan rasa kesal kepada korban.
Pelaku lalu mendatangi korban yang saat itu sedang memasak di dapur. Terjadi percekcokan antara pelaku dan korban. Pelaku kembali ke kamar untuk mengambil sangkur yang ditaruhnya di bawah ranjang.
Lalu terburu-buru, pelaku kembali ke dapur untuk menghampiri korban yang saat itu sedang mengiris bawang. Pelaku merangkul korban dari belakang dan berniat untuk menakut-nakuti korban dengan cara menempelkan sangkur yang dipegangnya ke dada korban.
Korban yang panik dengan ulah pelaku menjerit. Tak diduga sangkur malah menancap di dada kiri korban. Takut kejadian itu diketahui orang lain karena korban teriak, pelaku secara membabi buta menusuk tubuh korban hingga tewas seketika di tempat kejadian dengan tubuh bersimbah darah.
Usai melakukan pembunuhan itu, pelaku ke ruangan kerja Gultom, pastor atau kepala gereja dan menceritakan semua perbuatan yang dilakukanya. Usai mendengar cerita itu, tanpa sepengetahuan pelaku, Gultom menghubungi pihak kepolisian. Pelaku sendiri usai menceritakan kejadian itu kembali ke kamarnya.
Tidak lama kemudian, tim gabungan yang terdiri dari Kanit Bunuh Anirat Subnit 3 Ditreskrimum Polda Sumsel, Kompol Abdul Rahman, bersama Kasat Reskrim Polresta, Kompol Djoko Julianto, dan Kapolsekta Sako AKP Yawardiman beserta anggotanya tiba di lokasi kejadian.
Pelaku berhasil ditangkap tanpa perlawanan saat hendak melarikan diri. Selanjutnya, pelaku dibawa ke Mapolresta Palembang, untuk dimintai keterangan. Sementara korban yang berlumuran darah dilarikan ke RSUD  Bari Palembang.
Menurut pengakuan pelaku, sebelum melakukan pembunuhan, sudah sering ia dan korban adu mulut. Ujung-ujungnya mereka putus sebulan lalu setelah tiga  bulan pacaran. “Saya cemburu, setelah melihat foto Risky dan Friska. Padahal saya masih cinta, tapi dia putuskan. Inginnya nikah, tapi dia malah foto bersama Risky, saya jadi cemburu,” ungkapnya.
Diakui pelaku, ia sering melihat mantan pacarnya mesra-mesraan dengan Risky. “Fotonya ditempeli sama Risky di kamar mess pendeta cowok. Dia mutusin saya karena sering bertengkar,” cetusnya. Ia juga emosi karena telah dituduh mencuri buku tabungan milik Gultom, kepala pendeta. “Aku tidak mengambilnya,” katanya sembari terus menutupi wajah.
“Kami memang pacaran, sama-sama calon pendeta. Pendeta boleh pacaran, sedangkan pastur tidak boleh pacaran. Saya sendiri sudah lima bulan berada di Kota Palembang. Tiga bulan sebelumnya jadi pegawai koperasi, untuk menjadi pendeta kemauan saya sendiri. Saya lakukan pembunuhan itu karena saya khilaf,” beber pelaku panjang lebar.
Diakuinya, tidak ada niat membunuh mantan pacarnya itu. “Rencana mau nakut-nakuti saja. Saya peluk dari belakang, ternyata dia ketakutan sehingga terjadilah penusukan itu. Kurang lebih lima kali aku tusuk dia mengunakan sangkur yang memang aku bawa dari Aceh,” tukasnya.
Seorang pedagang di sekitar lokasi kejadian, Ita mengatakan, korban dan pelaku sering beli makanan di warungnya. “Cuma dak nyangko be kalau kejadiannya cak itu,” cetusnya. Setahunya, korban sudah kurang lebih tiga tahun di gereja itu, sedangkan pelaku belum lama tinggal di sana.
“Di samping kompleks gereja itu ada rumah untuk tempat tinggal pendeta dan pelayan gereja. Setahu aku, ado dua lanang, duo betino, termasuk korban.  Kalau pendeta yang mimpin gereja itu Pendeta Gultom,” jelasnya.
Kapolresta Palembang, Kombes Pol Sabaruddin Ginting melalui Kasat Reskrim Kompol Djoko Julianto menegaskan, pihaknya telah mengamankan tersangka dengan barang bukti sebilah sangkur yang digunakan untuk menghabisi nyawa korban. “Atas tindakannya, kita jerat dia dengan pasal 340 KUHP, dengan perkara pembunuhan berencana minimal 20 tahun, atau seumur hidup maksimal hukuman mati,” jelas Djoko.
Kapolsek Sako AKP Yawardiman SAg mengatakan, diduga modus penusukan oleh pelaku karena emosi dihina dan dituduh korban telah mencuri buku tabungan milik Pendeta Gultom. Diduga pula, pelaku sakit hati setelah diputus cinta oleh korban.
Sementara di RSUD Bari, reporter PalTV, Aji (25), yang melakukan peliputan di sana sempat diacam keluarga korban. Sempat bersitegang dan terjadi kejar-kejaran untuk mengambil kaset rekaman peliputan korban di kamar jenazah RSUD Bari. “Mereka minta rekaman itu dihapus, aku tidak mau,” kata Aji. (cj16/ce1)

KETIKA AGAMA SUDAH MERASA TERNISTAKAN

Dalam kehidupan di dunia ini tidak terlepas dari berbagai masalah, dimana masalah itu beragam dan mungkin setiap manusia berbeda-beda masala...