Rabu, 09 November 2016

PONTIUS PILATUS

Pontius Pilatus Pilatus dihadapkan pada kasus pelik yang melibatkan pemuka agama Yahudi dan masyarakat Israel yang menuntut agar Yesus Kristus disalibkan.
            Yesus  dituduh memberontak  kepada Kerajaan Romawi, karena mengajarkan konsep yang berbeda dari agama Yahudi. Sedangkan menurut Pontius Pilatus, sesuai dengan aturan Kerajaan Romawi, Yesus tidak memberontak dan tidak melakukan sesuatu yang salah.
            Menolak mengambil keputusan, Pilatus kemudian menyerahkan keputusan kepada massa, apa hukuman Yesus. "Saya tidak melihat kesalahan orang ini," kata Pilatus. "Terserah kalian saja mau diapakan," tegas Pilatus. Inilah praktik "cuci tangan" Pilatus.
Cuci Tangan
            Di jaman modern ini, Pilatus mendapat reputasi buruk ketika ia mengusut tuduhan yang dibuat oleh para imam kepala dan para tua-tua Yahudi bahwa Yesus menyatakan diri sebagai Raja.
            Setelah mendengar missi Yesus untuk memberikan kesaksian tentang kebenaran, Pilatus menyadari, Yesus bukan ancaman bagi Kerajaan Romawi. ”Aku tidak menemukan kejahatan pada pria ini,” katanya, seperti ditulis dalam Kitab Yohanes dan Lukas.
            Seharusnya Pilatus mengakhiri persidangan Yesus, namun orang-orang Yahudi berkeras, Yesus menyesatkan bangsa mereka. Sejatinya, para Imam menyerang Yesus karena dengki. Pilatus menyadari hal itu.
            Pilatus juga sadar, melepaskan Yesus akan menimbulkan masalah. Inilah yang ingin dihindari Pilatus. Namun, mengalah kepada orang Yahudi akan menandakan kelemahan. Jadi, Pilatus menghadapi suatu dilema.
            Setelah mendengar asal-usul Yesus, Pilatus berupaya melimpahkan kasus Yesus kepada Herodes Antipas, penguasa distrik Galilea. Namun gagal.
            Pilatus kemudian berupaya agar orang-orang yang berkumpul di luar istana, memohonkan kebebasan bagi Yesus, sesuai dengan kebiasaan membebaskan seorang tahanan pada hari Paskah.
            Tetapi, massa justru memilih supaya yang dibebaskan adalah Barabas. Jadilah Yesus disalibkan.
            Boleh jadi Pilatus berhasrat melakukan yang benar, namun ia juga ingin mempertahankan kedudukannya dan menyenangkan orang banyak. Akhirnya, ia mendahulukan kariernya di atas hati nurani dan keadilan.
            Pilatus meminta air, mencuci tangannya dan menyatakan diri tidak bersalah atas hukuman mati terhadap Yesus. Meskipun, sesungguhnya ia percaya, Yesus tidak bersalah. Pilatus menyuruh agar Yesus dicambuk dan membiarkan para prajurit mengolok-oloknya, memukulinya, dan meludahinya.
            Pilatus sekali lagi berupaya melepaskan Yesus. Tetapi orang banyak berteriak, apabila ia melepaskannya, ia bukan sahabat Kaisar. Mendengar hal itu, Pilatus menyerah. ia cuci tangan.

Kamis, 20 Oktober 2016

FENOMENA GUBERNUR DKI AHOK



Gubernur DKI Ahok

Pengunggah video Ahok terkait dugaan pelecehan surah Alquran Al-Maidah ayat 51, Buni Yani mengatakan, dirinya tidak akan sembarangan mengupload video tersebut. Dia pun mengerti konsekuensi konten video yang diunggahnya.

"Saya kan dosen, peneliti media, dulu saya wartawan, saya mengerti sebenarnya yang saya lakukan dengan konten video yang saya upload itu," ujar Yani. Demikianlah pengakuan Buni yani yang saya kutip dari Republika.
Namun Yani tidak menyadari upload video tersebut membuat keresahan diantara umat khususnya umat muslim, dan kesempatan itupun dimamfaatkan orang-orang yang bersebrangan politik dengan Pak Ahok sebagai gubernur petahana yang kebetulan memang kondisinya menjelang pemilihan Gubernur.
Namun apa yang mau hendak dikata, nasi sudah jadi bubur yang tidak mungkin lagi diubah jadi nasi akan tetapi bubur itu bisa diolah menjadi makanan yang baik jika tau mengolahnya. Demikian juga masalah upload video tersebut sudah terjadi dan menjadi fenomena yang membuat masayarakat resah dan tidak mungkin lagi untuk dihilangkan saja, akan tetapi menurut saya biasa dijadikan pelajaran berharga bagi banyak orang dan kita bisa mengambil hikmahnya.  

Ada dua sudut pandang :
  
 Sudut pandang yang bersebrangan dengan Pak Ahok
Saya dapat memahami keresahan yang anda rasakan, dan mungkin keresahan itu sudah ditemani rasa ketidak sukaan terhadap Pak Ahok sehingga berbagai ormas mengadakan protes keras dan demontrasi yang menuntut kasus itu dibawa ke pengadilan. Akan tetapi apa yang terjadi apabila kasus tersebut sampai keranah hukum? Apakah kita sudah siap menangung resikonya,  jika kasus tersebut keranah hukum? 

Prediksi saya jika kasus dibawa ke pengdilan:
Akan terjadi permasalahan baru, perdebatan yang tidak diharapkan terjadi karena kedua belah pihak yang berperkara akan membawa Ahli, Saksi dan penasehat hukum yang berbeda penafsiran atas Al. Maidah tersebut. Mereka akan saling serang dan akan terjadi fitnah memfitnah diantara mereka yang mungkin satu agama ataupun sesama Ulama yang berbeda penafsiran. Jangankan dalam pengadilan sedangkan dalam acara ILC pun sudah saling menyerang antara ulama yang satu dengan ulama yang lain, sampai ustadz Mansyur membuat video menagis dan akhirnya KPI pun melarang TV one untuk menyiarkan ulang acara tersebut.

Solusi :
Bisa dipahami kemarahan dari kubu yang bersebrangan akan tetapi untuk hal sesuatu yang lebih besar berkorban tidak ada salahnya, kita korbankan perasaan untuk menyelesaikannya dengan damai, komunikasi yang baik dan toh juga Pak Ahok sudah minta maaf, orang yang mau memberikan maaf tanpa syarat akan memuliakan Tuhan. 

 Sudut pandang yang pro Ahok
Memahami orang yang berbeda pendapat dengan pandangan kita adalah hal yang mulia bagi Tuhan, Membela Pak Ahok dilakukan karena memiliki penafsiran atau memahami hal tersebut dari sudut pandang yang berbeda dengan orang lain, akan tetapi melakukan pembelaan itupun jangan menambah suasana menjadi lebih kacau, dan memberikan pandangan ke Pak Ahok agar penyataannya tidak memperuncing masalah.

Akhirnya saya berpendapat marilah kita hadapi permasalahan dengan tidak menambah permasalahan baru, karena mungkin permasalahan tersebut akan menambah kedewasaan kita dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Perbedaan tidak akan pernah hilang dari dunia ini, akan tetapi perbedaan itu tidak akan membuat kita saling membenci apabila kita mengetahui tujuan Allah menempatkan kita di dunia ini.
Salam Perdamaian INDONESIAKU!

AGAMA JANGAN DIKULTUSKAN

Pilkada DKI membuat suasana kerukunan beragama terusik, dimana pemicunya adalah pernyataan Gubernur DKI saat di pulau seribu, memang kalau berbicara dari sudut pandang Pak Ahok ada benarnya, selama ini beliau diserang dari berbagai penjuru.... hanya saja kekesalannya membawa Ayat dari Al Maidah..dan kesempatan itu dimanfaatkan para pihak yang selama ini tidak menyukai Ahok.

Belakangan ini hal itu menjadi bahan pembicaraan bahkan beberapa Ormas melakukan aksi unjuk rasa walau Gubernur DKI sudah minta maaf. Menurut saya ada baiknya masalah ini diselesaikan dengan damai, karena kalau masalah ini dibawa keranah hukum akan menjadi permasalahan yang berlarut-larut. Misalnya kalau permasalahn ini dibawa ke pengadilan maka akan terjadi perdebatan yang serius tentang Ayat tesebut, ahli bahasa yang berbeda paham akan dihadirkan, saksi yang berbeda paham akan dihadirkan hal itu akan membuat perdebatan yang membuat keadaan semakin kacau walaupun ahli atau saksi mempunyai kepercayaan yang sama alias satu agama.....
 Jadi permasalahan itu lebih baik diselesaikan tanpa keranah hukum.

APAKAH TUHAN MEMPERMASALAHKAN AGAMA?
Tahun  2010 saya mengalami sakit-penyakit yang menyebabkan saya harus Menginap di rumah sakit dalam waktu yang cukup lama, waktu saya di rawat di salah satu RS dan berada dalam ruangan dimana ruangan tersebut hanya diisi oleh 2 orang pasien, kebetulan kami berbeda Agama. Hampir setiap hari minggu banyak orang yang membesuk saya dan bahakan kami harus minta maaf ketika kenyamanannya tergangu akibat banyak tamu.



Suatu hari tamu yang membesuk saya minta izin untuk berdoa dan tamu tersebut mendoakan saya,  ketika selesai berdoa kami terkejut melihat teman sekamar menangis dan dia minta agar bisa mendoakan dia bersama-sama. Tamu saya bingung karena berbeda keyakinan, tetapi teman sekamar saya bilang tidak apa-apa karena selama ini dia merasa kesepian, tidak ada perhatian dari orang-orang sekitarnya bahkan keluarganya pun jarang memperhatikan dia......akhirnya kami berdoa untuk dia walau berbeda agama.
Yang Tuhan lihat bukan agama akan tetapi apakah kita berkenan didalam Tuhan atau mau melakukan oleh karena Tuhan Yaitu saling mengasihi satu sama lain.

KETIKA AGAMA SUDAH MERASA TERNISTAKAN

Dalam kehidupan di dunia ini tidak terlepas dari berbagai masalah, dimana masalah itu beragam dan mungkin setiap manusia berbeda-beda masala...