Mintalah kepada Tuan yang Empunya Tuaian
Matius 9:36-38
Judul khotbah
hari ini diambil dari naskah Alkitab. Namun karena keterbatasan waktu,
khotbah saya hari ini bukanlah khotbah sebagaimana biasanya, yaitu bukan
merupakan uraian rinci dari isi Alkitab. Dengan waktu yang terbatas ini,
saya hanya dapat sekadar menyajikan beberapa kesaksian berdasarkan
ayat-ayat ini.
Ada
sangat banyak jiwa yang siap dituai
Kita akan
membaca dua ayat di dalam Matius 9:37-38
Maka
kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja
sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia
mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu."
Nah, ini adalah
suatu pernyataan yang sangat sederhana dan mudah untuk diingat. Jika
Anda meneruskan pembacaan ke Matius pasal 10, Anda akan menemukan bahwa
Yesus mengutus para rasul-Nya untuk memberitakan Injil. Ayat-ayat yang
sejajar ada di Lukas 10:2. Ayat-ayat yang mirip dengan ini ada di dalam
Yohanes 4:35, di mana Yesus memberitakan Injil kepada orang-orang
Samaria.
Tuaian
memang banyak. Suatu panenan yang sangat melimpah tetapi sedikit sekali
pekerjanya. Apakah arti tuaian? Tuaian adalah jiwa-jiwa. Banyak sekali
orang yang menunggu untuk dibawa masuk ke dalam hidup yang kekal. Apa
yang akan terjadi jika tuaian tidak dibawa masuk? Tahukah Anda apa yang
akan terjadi? Tuaian itu akan membusuk. Tuaian tidak boleh dibiarkan
begitu saja di masa panen karena binatang-binatang akan merusaknya,
burung-burung akan memakannya dan hujan akan membuatnya membusuk.
Sudahkah
Anda meminta agar Dia mengirimkan lebih banyak lagi pekerja?
Jika tuaian
sangat banyak dan pekerjanya sangat sedikit, apakah yang akan terjadi?
Apa yang akan terjadi dengan para pekerja? Mereka akan bekerja siang dan
malam. Mereka akan bekerja keras sampai kelelahan akan tetapi tetap saja
mereka tidak dapat membawa masuk tuaian itu. Lalu bagaimana pekerjaan
ini dapat diselesaikan? Yesus berkata, "Karena itu mintalah kepada
tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk
tuaian itu."
Kepada siapakah
Dia berbicara? Dia berbicara kepada murid-murid-Nya. Apakah Anda ini
murid-Nya? Apakah Dia berbicara kepada Anda? Apakah Anda berdoa agar
Tuhan mengirimkan pekerja? Jika Anda prihatin agar ada yang mau memanen
tuaian, mungkin Anda perlu mempertimbangkan bahwa bisa jadi Andalah yang
seharusnya pergi. Bagi kami yang sedang bekerja di ladang, saya rasa
kami sudah jemu dengan alasan yang kedengarannya alim, "Kami sedang
menunggu; suatu hari ketika Tuhan menggerakkan kami." Nah, tentu saja
kita memang perlu menunggu arahan Tuhan. Hal ini memang harus. Akan
tetapi Tuhan sudah mengatakan satu hal: Berdoalah agar lebih banyak lagi
pekerja dikirim. Perlu diperhatikan bahwa bukan kita yang mengirimkan
pekerja. Tetapi kitalah yang meminta agar Dia mengirimkan pekerja
Apakah kita
sudah siap untuk berangkat? Saya sering bertanya-tanya apakah
orang-orang yang hidup di negara yang nyaman seperti Kanada dapat
menjadi laskar Kristen yang tangguh. Jika Anda cukup lama tinggal di
negara-negara yang nyaman seperti Kanada dan Australia, saya tidak tahu
apakah Anda dapat bertahan saat harus bertarung di medan. Jika hidup
Anda cukup nyaman, apakah Anda bersedia untuk bekerja sebagai penuai di
ladang?
Tuaian
ini tidak membuat kita kaya
Jika Anda
seorang pengusaha, bagaimana Anda akan berpikir? Tuaiannya banyak, dan
pekerjanya sedikit, maka Anda tentu akan berkata, "Hebat! Lebih baik
pekerjanya sedikit karena nanti semua hasil panen akan menjadi milikku.
Kalau pekerjanya sedikit, maka kita dapat menguasai semua hasil panen.
Makin sedikit makin baik! Aku menguasai hasil panen! Kalau terlalu
banyak pekerja, akan ada banyak persaingan. Karena tuaiannya sangat
banyak dan pekerjanya sangat sedikit, aku bisa memonopoli hasil panen."
Dalam hukum
ekonomi, kalau pasarannya besar dan hasil yang dapat dituai itu sangat
besar, pasti banyak sekali orang yang akan bermain di situ. Lalu mengapa
ternyata pekerjanya sedikit? Apa masalahnya di sini? Nah, yang jelas
adalah hasil panen yang satu ini tidak akan mendatangkan kekayaan yang
besar. Jika tuaian ini memberi kekayaan besar, Anda tidak perlu meminta
Tuhan untuk mengirimkan pekerja. Semua orang akan berebutan, seperti
berlomba menggali tambang emas di masa Gold Coast (pencarian tambang
emas di pantai barat Amerika). Jadi jelaslah bahwa tuaian ini bukan
urusan yang dapat menghasilkan uang.
Pekerjaan
sangat besar dikerjakan oleh satuan kerja yang sangat kecil
Ada juga faktor
lain yang muncul dari ayat ini. Jika tuaian sangat banyak dan pekerjanya
sangat sedikit, maka situasi ini sama dengan saat Daud melawan Goliat.
Artinya kita tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk menangani
tuaian. Ini berarti satuan kerja yang ada ini sangat lemah dan sangat
kecil. Ini juga berarti bahwa kita harus mendapatkan kekuatan di dalam
kedudukan yang sangat lemah. Jadi pernyataan dari Tuhan ini menyampaikan
kepada kita bahwa tuaian yang sangat banyak ini harus dibawa masuk oleh
pekerja yang sangat sedikit itu. Suatu tugas besar yang harus
diselesaikan oleh satuan kerja yang sangat sedikit.
Beberapa tahun
yang lalu, saya mendapat penglihatan di saat kebaktian hari Minggu
seperti ini. (Saya sudah pernah mensharingkan ini). Ketika seorang rekan
kerja sedang berkhotbah, tiba-tiba muncul penglihatan di depan saya. Dan
penglihatan itu adalah tentang sebuah negeri yang masih belum mengenal
Tuhan. Saya melihat seluruh negeri itu terbentang di hadapan saya. Dan
saya menatap dari selatan ke utara. Sepertinya saya sedang berada di
selatan dan menatap ke arah utara, ke segenap daratan negeri itu. Dan
seluruh tempat itu seperti dinaungi cahaya keemasan. Dan hati saya
berseru dan berkata, "Tuhan, di manakah rekan-rekan kerja yang akan
membawa Injil ke tempat ini?" Dan saya memohon kepada Tuhan untuk
mendapatkan pekerja untuk negeri ini, karena sebagian besar rekan kerja
yang ada mempunyai kendala bahasa. Saya merenungkan tentang apa arti
cahaya keemasan itu? Tampaknya seperti sebuah pesan, sekaranglah
kesempatannya untuk membawa terang keselamatan dari Allah. Allah sudah
menyatakan terang-Nya. Inilah zaman keselamatan buat negeri ini.
Akan tetapi di
manakah para pekerjanya? Ya, kita mungkin sudah punya sedikit rekan
kerja di sana. Akan tetapi jika kita tidak mengerahkan segenap jemaat
kita, lalu bagaimana tuaian sebesar ini akan dibawa masuk jika
kedatangan Tuhan sudah sedemikian dekatnya? Bahkan dengan pengerahan
penuh pun tampaknya jumlah pekerja yang ada akan tetap sangat sedikit.
Namun ketika saya mengamati gereja-gereja kita, apakah yang terlihat
oleh saya? Yang saya lihat adalah orang-orang yang sangat terikat dengan
kepentingannya masing-masing, dengan kebutuhannya, persoalannya,
prospek, karir dan masa depannya. Ada beberapa yang masih bergumul
dengan masalah rohani yang telah berlangsung sejak lima tahun yang lalu,
dan mereka masih saja berputar-putar dalam jalur melingkar di tengah
padang gurun. Tak ada visi tentang tuaian yang ada di depan kita.
Omong-omong,
pengalaman mendapatkan penglihatan di tengah kebaktian adalah sesuatu
hal yang unik bagi saya. Saya belum pernah mendapatkan pengalaman
seperti itu sebelumnya. Bahkan, sebelum itu, saya malah tidak mengetahui
secara pasti apa itu penglihatan menurut pengertiannya yang alkitabiah,
sampai akhirnya hal itu terjadi pada saya.
Nah mengapa ada
orang yang mau masuk ke dalam pekerjaan semacam ini? Tim pelatihan telah
menjalani kerja praktek mereka di negeri itu. Di dalam perjalanan menuju
ke sini, saya mendengarkan laporan tentang perjalanan mereka dari pita
rekaman. Beberapa orang dari mereka berbicara tentang bagaimana mereka
harus tidur di kasur bersama kutu besar, sampai mereka harus berdoa agar
Tuhan melindungi mereka dari kutu-kutu itu. Ada satu saudara yang
bersaksi bahwa dia kesulitan tidur karena kutu-kutu itu terus saja
menggigitinya. Lalu dia berpikir, "Apa yang harus kulakukan? Baiklah,
aku akan meminta Tuhan untuk mengusir kutu-kutu ini dari kasur."
Masalahnya, di kamar itu ada tiga rekannya yang sedang tidur juga. Lalu
dia berpikir, "Kalau aku meminta Tuhan untuk mengusir kutu-kutu ini dari
kasurku, mungkin mereka akan pergi ke kasur rekan-rekan yang lain dan
mengigiti mereka." Akhirnya dia berkata, "Tapi Tuhan, Engkau harus
melakukan sesuatu, kalau tidak, maka aku tidak akan dapat tidur di
sepanjang malam ini. Tuhan, Hentikanlah gigitan kutu-kutu ini. Mereka
boleh tinggal di kasur tetapi jangan biarkan mereka mengigitku." Ajaib,
kutu-kutu itu berhenti menggigitnya! Dia dapat tidur malam itu dan para
kutu tidak menggigitnya lagi. Jadi, dia mengalami Tuhan secara sangat
nyata. Nah, bersediakah Anda untuk membawa masuk tuaian dengan resiko
menjadi makanan kutu?
Satu saudara
dari Kanada bersaksi bahwa dia sedang di kereta dalam perjalanan misi
menuju ke suatu kota. Dia tidak mendapat tempat duduk karena tiket yang
dibelinya adalah tiket berdiri. Gerbong itu penuh sesak dan ia harus
berdiri selama empat jam sepanjang perjalanan itu. Akan tetapi berdiri
bukanlah masalah besar. Dia berkata bahwa lantai gerbong kereta itu
sangat jorok sehingga terasa memualkan. Berbagai macam sampah mengambang
di genangan air. Dan karena mereka bepergian dengan ransel punggung
dengan tiket berdiri, itu berarti bahwa mereka tidak bisa menaruh ransel
mereka di lantai kereta yang jorok itu. Jadi selama empat jam mereka
harus berdiri dengan ransel di punggung. Dapatkah Anda akan menjadi
prajurit yang baik bagi Tuhan? Sanggupkah Anda berangkat memanen di
tengah terpaan udara panas dan kesulitan?
Rekan kerja
yang lain berkata bahwa mereka harus menginap di sebuah penginapan
kecil. Ketika mereka masuk ke kamar mandi, mereka hampir terjatuh ke
dalam kakus, karena kakus itu hanya berupa sebuah lubang di lantai.
Kamar mandinya sangat gelap sehingga mereka tidak bisa melihat apa-apa.
Dan mereka harus mandi di tempat seperti itu. Pancurannya terbuat dari
pipa yang disambungkan dengan keran. Itu adalah suatu pengalaman yang
sangat bagus untuk melihat apakah tim ini akan menjadi penuai yang baik
untuk memanen tuian yang tersedia.
Kasih
Yesuslah yang mendorong para pekerja untuk menuai
Lalu apa yang
memotivasi mereka? Hal apakah yang memotivasi rekan-rekan kerja kita
yang sedang berada di ladang misi? Sebagai contoh, banyak dari mereka
yang mengajar di sekolah tinggi atau universitas, dan gaji mereka sangat
tidak masuk di akal bagi standar Kanada! Mereka menerima sekitar 100
dolar Kanada. Nah, tentunya tidak ada orang dengan latar belakang
pendidikan seperti mereka yang mau bekerja dengan gaji $100 di Kanada.
Anda bisa memperoleh lebih dari itu hanya dengan bekerja selama beberapa
hari di restoran cepat saji McDonald''.
Lalu apa yang
membuat mereka bertahan di sana? Seperti yang dikatakan oleh rasul
Paulus, hanya ada satu hal yang bisa mendorong kita untuk melakukan
penuaian ini. Yaitu kasih Kristus. Seperti yang dikatakan oleh Paulus di
dalam 2 Korintus 5:14, Sebab kasih Kristus yang menguasai kami.
Apakah Anda
mengalami kasih Kristus ini?
Ketika saya
sedang berada di Meksiko beberapa tahun yang lalu, saya menyaksikan
pekerjaan seorang pengrajin. Pekerjaannya adalah menggarap batangan
kaca, dan dia menggunakan penyembur api bersuhu sangat tinggi agar bisa
mencairkan dan membentuk batang-batang kaca itu. Saya berdiri di sana
menyaksikan pengrajin membuat salib, dan di atas salib itu dia membentuk
tubuh Yesus yang disalibkan. Keterampilannya sangat luar biasa! Saya
sangat terpesona sehingga saya agak lama berdiri di sana. Dan patung
Kristus tersebut sangatlah menakjubkan walaupun ukurannya kecil, hanya
setinggi sekitar satu kaki! Dia membuat mahkota duri dengan sekali
sentuhan! Dengan bahan kaca, gerakannya harus tepat dan sempurna. Ia
dapat dengan mahir membentuk mata dan mulut yang mengungkapkan seluruh
ekspresi penderitaan - sungguh menakjubkan! Proporsi dari seluruh tubuh
juga sempurna! Tangan yang terentang di kayu salib. Setiap jarinya
sempurna dan ada paku di tengah-tengahnya. Terlihat bentuk tulang rusuk
di tubuh-Nya, rusuk demi rusuk, sampai dengan detail paku di kaki-Nya.
Istri saya, Helen dan saya berdiri bersama, terpesona oleh keahliannya.
Dalam sekedip mata saya diperlihatkan dengan Yesus yang baru
disalibkan. Seluruh gambarannya menjadi sejelas kristal di patung kaca
itu. Dan saya teringat tentang ucapan Paulus mengenai Yesus, Anak
Allah yang mengasihiku dan memberi diri-Nya untukku. Apakah kasih
Kristus telah menjamah kita?
Bagaimana
mengalami kasih Kristus dan realitas Allah?
(1) Melalui
kasih saudara seiman
Saya akan
menutup dengan berbagai kesaksian singkat tentang kuasa kasih Kristus
ini. Bagaimana kita dapat mengalaminya? Jika kita tidak mengalaminya,
lalu apa yang akan mendorong kita keluar menuai, siap untuk digigit oleh
kutu, dan hidup jauh dari kenyamanan yang biasa kita alami? Tentu saja,
salah satu jalan mengalami kasih Kristus adalah melalui kasih yang
ditunjukkan oleh para saudara seiman.
Ketika saya
berada di Australia, saya sangat tersentuh oleh kasih para saudara
seiman di sana. Mereka adalah saluran kasih-Nya kepada saya. Sebagai
contoh, pada suatu kebaktian, seorang saudara, yang bekerja sebagai
dokter, sangat prihatin dengan sakit punggung saya. Tanpa sepengetahuan
saya, dia mempelajari kondisi saya selama kebaktian. Ia menemukan bahwa
sepatu yang saya kenakan tidak cocok untuk kondisi punggung saya. Lalu
beberapa hari kemudian, saya menerima sebuah kotak berisi sepasang
sepatu. Tidak ada nama pengirimnya. Si pengirim tidak ingin diketahui
jati dirinya. Akan tetapi seseorang yang kelepasan bicara tentang jati
diri si pengirim membuat saya tahu siapa pengirim sepatu ini. Dokter ini
melihat bahwa saya mengenakan sepatu kulit dengan hak kulit yang solnya
tidak meredam hentakan langkah dan itu tidak bagus bagi punggung. Jadi
dia segera pergi membeli sepatu dengan sol khusus yang cocok untuk
keadaan fisik saya. Sepatu ini buatan Itali yang harganya tidak murah.
Hal ini menyentuh hati saya bukan karena nilai barangnya tetapi
kepedulian dan kasihnya terhadap saya. Inilah satu contoh bagaimana
Allah memakai saudara seiman kita untuk menyalurkan kasihnya.
Ada keluarga
lain yang memberikan saya sebotol obat Ginseng yang telah mereka simpan
selama lebih dari dua belas tahun. Ini adalah barang yang sangat
berharga bagi keluarga mereka dan mereka ingin agar saya
mengkonsumsinya. Mereka merawat saya seperti saya anggota keluarga
mereka sendiri. Saya yakin bahwa Anda juga telah mengalami kasih dari
saudara seiman mirip seperti yang telah saya alami. Kasih semacam ini
memberi kesegaran dan kekuatan.
Sebagai contoh,
jika saya di Hong Kong, seorang bibi selalu memasak sup buat saya. Saya
pastilah orang yang paling banyak disuguhi sup di dunia ini. Ketika
pertama kali saya mengalami sakit di punggung, ada bibi yang lain yang
memasak sup ikan setiap hari buat saya! Selama tiga minggu, setiap hari
saya menikmati sup ikan yang lezat ini. Anda bisa bayangkan betapa
sangat terawatnya saya ketika itu. Dan belakangan saya menyadari bahwa
khasiatnya bukanlah isapan jempol belaka. Tampaknya, ada semacam
kandungan di dalam sup itu yang benar-benar membantu memulihkan kondisi
punggung saya. Mungkin itu sebabnya mengapa saya bisa pulih kembali saat
itu.
Dan sekarang
ini, jika kami kembali ke sini, dan hal yang sama akan terjadi. Setiap
akhir pekan saya akan mendapatkan sup. Percuma kita berkata kepada bibi
itu, "Tidak usah memasak sup atau sayuran lagi buat saya." Bibi itu akan
terus mengungkapkan kasihnya dengan melimpahi kami dengan makanan setiap
minggu. Demikianlah kasih Kristus disalurkan kepada kita melalui
saudara-saudara seiman kita.
(2) Secara
langsung oleh Tuhan sendiri
Tetapi kadang
kala, Tuhan merawat kita di dalam kebutuhan kita dengan cara yang
langsung. Sebagai contoh, sebelum saya meninggalkan Hong Kong, saya
ingin memberikan satu lagi sesi pelatihan kepada tim pelatihan. Saya
sudah mengatur agar pelatihan tetap berjalan tanpa kehadiran saya,
setidaknya sampai bulan Januari atau Februari, namun saya ingin memimpin
satu sesi terakhir untuk bersekutu bersama dengan tim. Akan tetapi saya
sudah sangat kelelahan. Allah tahu bahwa saya akan memaksa diri untuk
tetap mengajar sekalipun kondisi saya tidak memungkinkan. Demikianlah,
Tuhan tahu tentang diri kita, melebihi apa yang kita sendiri ketahui,
dan Dia menghentikan saya. Seperti yang kita baca di Kisah Para Rasul,
rasul Paulus ingin pergi ke satu jurusan dan Tuhan menghentikannya.
Ketika dia ingin pergi ke jurusan yang lain, Tuhan kembali
menghentikannya. Saya tidak tahu bagaimana Tuhan menghentikan Paulus
dalam dua kejadian itu. Kitab itu tidak menjelaskannya.
Di hari Rabu
itu, saya tidur awal untuk menyiapkan diri mengajar di sesi yang saya
rencanakan di hari berikutnya. Dan di saat saya tidur, listrik padam.
Padamnya listrik mungkin tidak menjadi masalah besar di tempat yang
dingin seperti di sini, akan tetapi di Hong Kong yang temperaturnya
sekitar 30 derajat Celsius, atau sekitar 90 derajat Fahrenheit, adalah
cerita yang jauh berbeda. Saya terbangun dalam keadaan basah kuyup.
Keringat membanjiri tubuh saya dan saya berpikir, "Ada yang sedang
terjadi?" Lalu saya menyadari bahwa listriknya padam. Saya tidak lagi
dapat tidur. Segera saja tempat tidur saya basah oleh keringat. Saya
sudah sangat kelelahan karena kurang tidur dan saya membatin, "Bagaimana
saya bisa mengajar nanti?" Sebelumnya, listrik di daerah saya tidak
pernah padam. Baru belakangan saya mengetahui bahwa padamnya listrik itu
terjadi karena perusahaan yang sedang membangun lapangan terbang baru
itu secara tidak sengaja telah memotong kabel listrik. Akibatnya saya
begitu kelelahan. Tidak mungkin saya bisa mengajar pada keesokan
harinya.
Segera saja
saya telepon Pastor Joe agar dia bisa mengisi sesi pengajaran tersebut
dan dia tidak keberatan. Jika Tuhan tidak menghentikan saya pada hari
itu, saya rasa saya bisa jatuh pingsan di tempat itu karena pada
keesokan harinya, kondisi saya malah semakin memburuk. Jika Anda belum
pernah mengalami kelelahan seperti ini, memang sulit untuk
menjelaskannya. Saya bekerja setiap hari selama empat minggu tanpa ada
hari istirahat. Setiap hari, berhubungan dengan orang-orang dari pagi
sampai malam - lewat telepon dan sebagainya. Tanpa henti. Sekalipun Anda
bertubuh kuat, tetap saja mustahil untuk menjalani jadwal kerja yang
sedemikian padat. Jadi, di hari berikutnya, saya menjadi semakin lemah.
Dan saya merasa sangat tidak sehat.
Pada saat itu,
Helen sedang berada di New Zealand menunggui ibunya, jadi saya
sendirian. Karena kelelahan saya juga tidak mempunyai nafsu makan. Dan
itu membuat saya menjadi semakin lemah. Helen dan saya telah sepakat
untuk bertelepon pada pukul 8 malam itu, dan di dalam kelemahan saya,
saya berseru kepada Tuhan, "Tuhan, saya harus kembali ke Kanada tetapi
saya tak punya kekuatan bahkan untuk naik ke pesawat. Saya tidak tahu
bagaimana akan menjalani beberapa hari ke depan, apalagi untuk pulang ke
Kanada." Tuaian sangat banyak, tetapi pekerjanya sangat sedikit, dan
sangat kelelahan.
Pada saat itu,
saya membuka Mazmur 27 dan mulai membaca. Sebenarnya, saya asal buka
saja dan Alkitab pas terbuka di Mazmur 27. Di sana disebutkan, "TUHAN
adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut?
TUHAN adalah benteng hidupku" (Benteng hidupku/my stronghold
bisa bermakna kekuatanku/my strength). Itulah kata-kata yang
menghunjam hati saya: TUHAN adalah benteng hidupku. Saya berlutut
dan berdoa, berseru kepada Tuhan karena masih banyaknya pekerjaan dan
saya tidak sanggup melanjutkan.
Sekitar pukul
delapan kurang seperempat, saya beranjak ke ruang depan untuk menunggu
telepon dari Helen. Dan saya berlutut lagi di hadapan Tuhan dengan
menghadap ke arah jendela dan berdoa membaca mazmur yang berikutnya.
Mazmur pasal 28 berkata, "Dengarkanlah suara permohonanku, apabila
aku berteriak kepada-Mu minta tolong, dan mengangkat tanganku ke arah
tempat-Mu yang maha kudus." Saya berkata kepada Tuhan, "Jika Engkau
tidak menjawabku, aku akan sama dengan mereka yang jatuh ke dalam
lubang, aku bisa mati." Dan juga sempat terlintas dalam benak saya bahwa
akan sangat membantu jika Helen bisa kembali karena saya tidak punya
kekuatan lagi untuk merawat diri saya. Akan tetapi saya tidak
memberitahukan keadaan saya kepada satupun rekan kerja karena takut
bahwa mereka akan menjadi sangat khawatir. Demikianlah saya berlutut
dalam doa pada pukul delapan kurang seperempat. Saya berdoa memohon agar
Tuhan menjawab saya seseuai dengan isi Mazmur pasal 28.
Dan tiba-tiba
saja, angin bertiup dengan kencang. Hembusan angin itu sangat kuat dan
terjadi secara mendadak. Seperti dilanda topan yang sangat mendadak,
bukan hembusan angin yang lembut. Angin itu bertiup masuk dan saya bisa
mendengar suara hembusannya lewat bawah pintu, lewat jendela dan dari
setiap penjuru. Anda harus berada di sana untuk mengetahui langsung
keajaibannya. Lalu kata-kata di dalam Kisah Para Rasul terngiang kembali
di benak saya, "ketika Roh Kudus turun, terdengarlah suara tiupan angin
yang sangat kencang." Seolah-oleh Tuhan sedang berkata, "Kau
memanggil-Ku untuk menjawab. Aku akan menjawabmu sekarang juga." Dan itu
suatu jawaban yang sangat hebat!
Ini bukanlah
kali pertama saya mendengar suara tiupan angin yang kencang.
Bertahun-tahun yang lalu, ketika kami sedang memulai acara penumpangan
tangan untuk pada rekan kerja, hal itu juga terjadi. Pada peristiwa itu,
saya jelas mendengar suara tiupan angin dan saya mencoba melihat ke arah
luar melalui jendela untuk melihat apakah ada badai di luar. Kejadiannya
di Toronto. Gereja itu memakai jendela kaca yang berhias sehingga saya
tidak bisa melihat ke luar. Saya bertanya pada jemaat di sana apakah
mereka mendengar suara angin itu. Ada yang mendengar tetapi ada juga
yang tidak mendengarnya. Suara tiupan angin pada acara tersebut
sangatlah berarti bagi saya karena Tuhan menegaskan bahwa Dia menyetujui
penumpangan tangan itu, bukan hanya kepada mereka yang menerima urapan
itu melainkan juga bagi pengurapan-pengurapan di masa mendatang. Jika
Tuhan tidak menyetujui apa yang kita kerjakan, maka semua itu akan
sia-sia saja. Akan tetapi pada kejadian di acara tersebut saya tidak
begitu yakin tentang apa yang sedang berlangsung, apakah angin kencang
memang bertiup di luar atau beberapa orang dari kami sedang mendengar
suara 'angin rohani'. Saya adalah orang yang sangat realistis. Saya
ingin memeriksa semua bukti.
Demikianlah,
Tuhan menjawab doa saya selama sekitar dua atau tiga menit saat saya
berlutut. Hembusan angin itu datang dengan kekuatan yang luar biasa.
Pintu kamar mandi agak terbuka dan jendela juga sedikit terbuka.
Sedemikian hebatnya kekuatan angin tersebut sehingga pintu kamar mandi
terbanting keras dengan suara yang membuat saya terlompat kaget. Saya
menyadari bahwa ini benar-benar angin yang sangat kencang. Ini bukan
sekadar khayalan. Akan tetapi ketika saya menatap ke arah luar jendela,
saya tidak melihat adanya tanda-tanda pergerakan di sana. Saya heran
mengapa keadaan di luar sangat tenang. Langit cerah. Tak ada awan badai.
Tidak ada hujan. Lalu mengapa ada angin kencang? Jika dinalar secara
ilmiah saya tidak mengerti mengapa ada tiupan angin kencang. Saat itu
saya bangkit untuk memeriksa apakah angin itu nyata. Saya membuka
jendela dan angin itu meniup langsung ke wajah saya. "Wah! Ini
betul-betul angin yang kencang!" Saya benar-benar diyakinkan bahwa ini
benar-benar perbuatan Tuhan. Saya kembali dan berlutut di hadapan Tuhan
untuk berterima kasih kepada-Nya. Sepuluh menit kemudian, suasananya
tenang sekali. Tak ada tiupan, tak ada pergerakan, sangat-sangat hening.
Seolah-olah Tuhan berkata, "Engkau memanggil-Ku untuk menjawabmu. Inilah
jawaban-Ku. Inilah kuasa-Ku di dalam kelemahanmu." Kita mengalami kasih
yang langsung dari Tuhan kepada kita. Seperti yang sering dikatakan oleh
pemazmur, "Aku berseru kepada Tuhan, Dia mendengar seruanku dan
menjawabku." Saya lanjutkan menyembah di hadapan Tuhan, memuji Dia dan
berpikir, "Tuhan, aku begitu lemah tetapi Engkau begitu kuat."
Lalu telepon
berdering, Helen menelepon dari New Zealand, dari kediaman ibunya.
Rencana awalnya Helen setidaknya akan menemani ibunya selama 3 minggu
lagi. Lalu ketika saya mengangkat telepon, hal pertama yang dia katakan
kepada saya adalah, "Aku punya kejutan buatmu!" Saya pikir, kejutan?
Kejutan apa? Saya sendiri baru saja menerima kejutan. Malahan, saya
begitu terpesona pada pengungkapan kuasa Tuhan yang baru terjadi
sehingga saya tak dapat berkata-kata. Setelah mengucapkan setakat,
"Halo," saya tidak bisa berkata-kata lagi. Lalu dia melanjutkan, "Aku
akan kembali dalam dua hari." "Mengapa?" Saya kaget karena saya tidak
pernah memberitahunya tentang kondisi saya.
Ternyata, dia
telah berusaha untuk menghubungi saya sejak malam sebelumnya, tetapi
telepon saya selalu sibuk dari siang sampai malam sehingga dia tidak
bisa menghubungi saya. Akhirnya dia tidak melanjutkan usahanya dan
beralih menghubungi seorang rekan kerja. Dan rekan kerja ini menyebutkan
bahwa saya kelelahan sehingga tidak bisa memimpin sesi pengajaran
seperti yang telah dijadwalkan. Tampaknya hanya itu informasi yang dia
dapatkan. Dan itu adalah satu sinyal yang kuat baginya, dan Tuhan
tampaknya menggunakan keterangan itu untuk berbicara kepadanya bahwa
saya pasti dalam keadaan yang agak serius. Karena dia tahu watak saya,
sekalipun saya kelelahan, dan sekalipun saya agak sakit, saya tetap akan
memaksa diri untuk mengajar. Karena tahu watak saya, maka dia segera
tahu bahwa ada yang tidak beres jika saya sampai tidak bisa mengisi sesi
pengajaran tersebut. Lalu ibunya dengan penuh belas kasih berkata,
"Sebaiknya kamu berangkat segera. Tampaknya dia tidak sehat." Ajaibnya,
dia berhasil memesan tempat di pesawat dan bisa kembali dalam dua hari.
Saat saya
menaruh telepon, saya benar-benar terharu pada kasih Allah kepada saya
sehingga saya menangis. Begitu cepatnya Tuhan menjawab doa saya.
Pertama, Dia menguatkan saya dengan berkata, "Jangan khawatir. Engkau
lemah, akan tetapi lihatlah kuat kuasaKu." Apa yang Tuhan kerjakan
melampaui apa yang saya harapkan. Dia mengatur Helen akan kembali dalam
dua hari karena Ia tahu kondisi saya sudah agak parah. Sungguh ajaib!
Kasih Kristus diungkapkan tidak saja lewat kematian-Nya di kayu salib
tetapi juga lewat kepedulian-Nya pada persoalan sehari-hari kita,
khususnya jika Anda bertempur di garis depan peperangan-Nya. Mereka yang
tinggal di kenyamanan rumahnya akan jarang mendapat kesempatan untuk
mengalami apa yang bisa Tuhan lakukan. Apakah Allah itu nyata bagi Anda?
Ini bukanlah
akhir dari kisahnya. Dalam kesempatan lain, saya bermaksud untuk
membatalkan penerbangan saya ke Kanada karena kondisi fisik saya tidak
memungkinkan saya menempuh perjalanan yang jauh itu, akan tetapi saya
diberitahu bahwa hal itu tidak mungkin dilakukan. Jika saya membatalkan
penerbangannya, maka tidak akan ada lagi tempat tersedia selama satu
bulan ke depan. Saya harus menunggu paling cepat dua bulan lagi.
Walaupun saya tahu saya juga harus pulang sebelum itu tetapi kondisi
saya memang sudah begitu terpuruk sehingga saya tidak mempunyai pilihan
melainkan terpaksa membatalkan penerbangan yang pertama. Saya diberitahu
bahwa tidaklah mungkin saya akan dapat mendapatkan satu tiket pun, apa
lagi dua tiket untuk saya dan Helen. Namun setelah kondisi saya sedikit
membaik, ternyata Tuhan membuka jalan dan kami berhasil mendapatkan dua
tempat duduk di waktu yang kami inginkan. Tuhan menyediakan apa yang
kami butuhkan. Kami terus mengalami kasih kebaikan-Nya.
Demikianlah sedikit dari pengalaman saya bekerja di ladang Tuhan. Kasih
dan penyertaan Tuhan akan selalu bersama kita. Apakah Anda siapa untuk
berangkat untuk memanen tuaian? Apakah Anda mengalami kasih Kristus?
Apakah Allah itu nyata bagi Anda?
Streaming
Listen via Iphone & Blackberry
Tidak ada komentar:
Posting Komentar